INDONESIA PEACE KEEPER IN DARFUR: BERKIPRAH DI AIR OPS UNAMID

INDONESIA peace keeper in Darfur

Kamis, 02 April 2009

BERKIPRAH DI AIR OPS UNAMID


DARI SINI OPERASI PENERBANGAN MISI PBB
DI DARFUR, SUDAN DIKENDALIKAN


“AB 133, flight follow.. Traffic UNO-770 departure from El Geneina 08.30, estimate arrival El Fasher 10.15, endurance 4 hours, POB 20, over …” Demikian Kapten Lek Sri Kustinah, memancarkan berita tentang penerbangan sebuah pesawat helikopter PBB di misi UNAMID kepada koleganya di Airport El Fasher, Darfur Sudan. Dari radio terpancar jawaban “ Roger, AB 133 copied traffic, out.” Yang menandakan bahwa pesan telah diterima. Begitulah kegiatan sehari-hari salah satu perwira Wanita TNI Angkatan Udara ( WARA ) yang mendapat tugas untuk berkiprah sebagai Staff Officer dalam misi PBB, di Airops UNAMID. Selain Kapten Sri yang bertugas di Current Ops atau Flight Follow, TNI Angkatan Udara juga mengirimkan 2 personel lainnya dalam Airops UNAMID, yaitu Mayor Pnb Destianto Nugroho Utomo, yang bertugas sebagai Airops Planner/Duty Officer dan Mayor Tek Rudy Nursofjan yang bertugas di Technical Compliance Unit ( TCU) Air Operations UNAMID.

Konflik berkepanjangan yang berkecamuk di daerah Darfur, Sudan, sebuah negara yang konon terluas wilayahnya di benua Afrika, menyebabkan lebih dari 2.000.000 penduduknya mengungsi dan telah menelan 200.000 korban jiwa. Konflik yang terjadi sejak tahun 2003 antara pemerintah Sudan dan angkatan bersenjatanya, yang bersekutu dengan kelompok milisi yang dikenal dengan nama Janjaweed, dengan kelompok-kelompok pemberontak bersenjata antara lain SLA ( Sudan Liberation Army ), SPLM ( Sudan People Liberation Movement ),dan JEM ( Justice and Equality Movement ) . Akibat konflik tersebut, terjadi krisis kemanusiaan di mana pembunuhan penduduk sipil, perusakan rumah dan fasilitas penduduk, pemerkosaan dan berbagai tindak kejahatan lainnya semakin meluas.

Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) berupaya untuk menghentikan meluasnya krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan tersebut. Bekerja sama dengan Negara-negara Uni Afrika ( African Union ) dan dukungan negara-negara lainnya, akhirnya ditandatanganilah perjanjian perdamaian di Darfur ( Darfur Peace Agreement / DPA ) pada tahun 2006. Satu tahun berikutnya pada tahun 2007, PBB mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengatasi krisis di Darfur, Sudan, dan dibentuklah suatu misi operasi perdamaian di Darfur, bekerja sama dengan negara-negara Uni Afrika yang tergabung dalam AMIS ( African Union Mission in Sudan ), dalam suatu operasi pemeliharaan perdamaian yang dikenal dengan nama UNAMID ( United Nation Hybrid Operation / African Union Mission in Darfur ).


Misi PBB di Darfur Sudan melibatkan banyak negara yang berperan dalam operasi pemeliharaan perdamaian, termasuk Indonesia. TNI memiliki Operasi Selain Perang, diantaranya adalah Operasi Pemeliharaan Perdamaian, untuk itu TNI telah mengirimkan personelnya dalam misi-misi PBB di berbagai belahan dunia, antara lain di Libanon, Kongo, Liberia, Nepal, Georgia, termasuk Sudan, dan negara-negara lainnya. Dalam partisipasi inilah 3 perwira TNI Angkatan Udara mendapatkan tugas di misi PBB di Darfur, Sudan, dalam misi UNAMID, dan ketiganya ditugaskan sebagai perwira staf di Air Operations UNAMID.


UNAMID bermarkas di kota El Fasher, Darfur, salah satu bagian dari wilayah Negara Sudan bagian barat. Dalam melaksanakan operasinya, UNAMID memiliki salah satu Departemen yang dikenal dengan sebutan Integrated Service Support ( ISS ) yang di bawahnya terdapat unit-unit yang berkaitan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan misinya. Salah satu unit yang merupakan bagian ISS ini adalah Aviation Section ( Unit penerbangan ). Aviation Section, yang dikenal pula dengan Air Operation ( Airops ) bertugas merencanakan, mengoperasikan, mengawasi, mengarsipkan dokumen dan kontrak, mengelola anggaran, serta mendukung dan memantau pelaksanaan operasi penerbangan dalam misi UNAMID.

Airops Planner / Duty Officer



Dalam melaksanakan operasi penerbangannya, UNAMID memiliki sejumlah aset berupa pesawat terbang baik fixed wing maupun rotary wing. Pesawat-pesawat tersebut berasal dari perusahaan penerbangan swasta dari berbagai negara seperti Russia, Ukrania, Bulgaria dan Kanada, yang dikontrak oleh PBB untuk mendukung penerbangan di Darfur, Sudan.
Saat ini UNAMID memiliki sekitar 50-an aset berupa pesawat fixed wing berbadan lebar, seperti MD-83, Ilyusin-76, C-130, maupun yang berukuran sedang seperti Lear Jet-60, DHC-8 dan L-410. Sedangkan rotary wing berupa helicopter jenis MI-8, MI-17 dan helikopter angkut berat yaitu MI-26. Pesawat-pesawat ini dioperasikan dari 3 pangkalan udara utama di daerah Darfur, yaitu di markas UNAMID di El Fasher, sektor selatan di kota Nyala dan sektor barat di El Geneina. Ketiga kota ini memiliki landasan yang cukup panjang yang bisa didarati oleh pesawat fixed wing. Sedangkan untuk menjangkau daerah-daerah di mana pasukan maupun personil pemelihara perdamaian ditempatkan ( dikenal dengan istilah team site ), maka digunakan pesawat-pesawat helikopter.


Pesawat Helikopter MI-8, salah satu jenis pesawat UNAMID



Guna merencakan kegiatan penerbangan setiap harinya, maka Airops Plannner bertugas untuk membuat draft tentang jadwal penerbangan, berdasarkan rencana penerbangan mingguan ( semacam PAUM di TNI Angkatan Udara ), maupun menerima permintaan penerbangan dari seksi-seksi terkait yang ada dalam misi UNAMID. Seksi-seksi tersebut dapat mengajukan permintaan dukungan pesawat untuk melaksanakan suatu kegiatan dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan mengajukan suatu dokumen yang dikenal dengan nama AMR ( Air Mission Request ). Setelah dokumen ini mendapatkan persetujuan dari para Chief terkait, maka penerbangan tersebut dapat dijadwalkan. Misi yang dilaksanakan oleh Airops UNAMID berupa penerbangan untuk angkutan personil, barang/cargo, rotasi pasukan, penerbangan VIP , dan yang tidak kalah penting adalah sebagai ambulans udara yang selalu siaga apabila terjadi evakuasi medis ataupun korban/kecelakaan ( Medical Evacuation / Casualties Evacuation ).

Draft jadwal penerbangan yang dibuat oleh Airops Planner ini dibuat 2 hari sebelum hari H, selanjutnya dikirimkan melalui sistem intranet ( surat elektronik yang bisa diakses oleh para staf PBB di misi UNAMID ), sehingga unsur terkait bisa memberikan masukan atau saran. Setelah mendapatkan masukan dari berbagai unsur, pada H minus 1 dibuatlah jadwal penerbangan yang telah final, lengkap dengan jumlah penumpang, cargo ataupun jenis operasi yang dilaksanakan. Rute penerbangan yang berdasarkan rencana penerbangan terjadwal mingguan, bisa dirubah atau disesuaikan dengan jumlah penumpang/cargo yang ada. Sehingga apabila ada banyak penumpang/barang yang akan diangkut dalam penerbangan UNAMID, sortie penerbangan bisa ditambah. Jadwal penerbangan harian yang telah final ini selanjutnya juga akan dikirimkan melalui intranet, agar staf terkait dalam operasi penerbangan dapat mengaksesnya. Salah satu unit yang terkait erat dengan Airops UNAMID adalah sebuah seksi yang bernama Movement control ( Movcon ), yang bertugas untuk mendaftar dan merencanakan personel/barang yang akan diterbangkan ( semacam DAAU di TNI Angkatan Udara ). Movcon inilah yang memberikan masukan final tentang jumlah personel maupun barang yang akan diangkut kepada Airops Planner.

Airops Planner selanjutnya memberikan briefing penerbangan kepada para crew atau site manager dari operator penerbangan. Briefing yang diberikan meliputi situasi mutakhir tentang keamanan di daerah Darfur yang berkaitan dengan pelaksanaan penerbangan, termasuk apabila ada No Fly Area, informasi tentang data cuaca/meteorologi, fasilitas penerbangan, NOTAM ( Notice to Airman ), masalah keselamatan penerbangan ( Air Safety ), dan utamanya tentang rencana penerbangan keesokan harinya. Dalam kesempatan briefing harian ini pula, yang dilaksanakan pada H minus 1 sore harinya, dapat didiskusikan apabila ada permasalahan dalam penerbangan hari sebelumnya.

Airops Planner menyiapkan jadwal penerbangan harian

Pada hari H, maka Airops Planner akan bertugas sebagai Duty Officer, yang memantau pelaksanaan penerbangan sesuai dengan jadwal yang telah dibuatnya. Permasalahan yang timbul pada hari H tersebut menjadi tugas Duty officer untuk mengkoordinasikan dengan petugas terkait guna mengatasinya. Seperti misalnya bila terjadi kerusakan teknis pada pesawat, perubahan jadwal, perubahan situasi keamanan, perubahan jumlah penumpang dan barang dan sebagainya. Duty Officer juga memantau dan mengendalikan waktu penerbangan agar semua pesawat sebelum matahari terbenam sudah mendarat di pangkalan masing-masing. Hal ini disebabkan untuk operasi di daerah Darfur , UNAMID belum mendapatkan otoritas dari pemerintah Sudan setempat untuk melaksanakan penerbangan malam, kecuali emergency/evakuasi medis. Untuk itu Duty Officer bekerja sama dengan Flight Follow/Current Ops, memantau waktu take-off/landing pesawat melalui radio HF ( semacam Puskodalops TNI AU ) maupun dari radio VHF.

Tugas sebagai Airops Planner maupun Duty Officer ini dilaksanakan secara bergiliran oleh para perwira yang memiliki latar belakang aviation dari berbagai negara antara lain Nepal, Pakistan, Kanada, Kenya, Zambia, Bangladesh termasuk dari Indonesia, di mana Mayor Pnb Destianto bertugas. Sebelum mendapat penugasan di misi PBB UNAMID, Mayor Pnb Destianto, lulusan AAU 1996 ini bertugas di Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma, selain pernah ditugaskan sebagai Instruktur Penerbang Wingdikterbang Lanud Adisutjipto, dan penerbang CN-235 dari Skadron Udara 2 Halim Perdanakusuma Jakarta.

Flight Follow / Current Ops

Pesawat-pesawat fixed wing maupun rotary wing dalam penerbangan UNAMID wajib melaporkan tentang waktu take off, ketinggian, endurance, jumlah crew dan penumpang on board, serta perkiraan waktu kedatangan, kepada Flight Follow, melalui radio HF. Selanjutnya para petugas di Flight Follow akan mencatat data tersebut dalam papan yang ada dan memasukkan data aktualnya dalam data base UNAMID Airops.

Flight Follow juga bekerja sama dengan para petugas yang berada di lapangan/apron pesawat, untuk saling melaporkan tentang perkembangan kegiatan penerbangan, termasuk traffic incoming/outgoing. Untuk itu maka radio handy talky, maupun telepon seluler digunakan dengan efektif untuk pemancaran informasi.

Personil Flight Follow terdiri atas perwira maupun bintara, yang memiliki latar belakang ATC ( Air Traffic Controller ) maupun operator radio, yang berasal dari berbagai negara antara lain Gambia, Mali, Nigeria, Zambia, termasuk Indonesia, di mana Kapten Lek Sri Kustinah, Wanita TNI Angkatan Udara, juga bertugas di dalamnya.

Kapten Lek Sri Kustinah, yang pernah bertugas sebagai ATC di Lanud Halim Perdanakusuma dan saat ini menjabat Kabagpers Disbangops Mabes AU, bertugas untuk mengkoordinir dan memantau para bintara yang berada di jajaran Flight Follow Airops UNAMID tersebut.

Dalam pelaksanaan tugas dan dengan latar belakang Senior Air Traffic Controller yang dimilikinya, Kapten Sri, yang akrab dipanggil dengan nama ”mbak Ikus”, kadang ditugaskan untuk memberikan briefing atau pengajaran di kelas kepada para staf baru yang akan ditempatkan dalam jajaran UNAMID Aviation. Briefing yang diberikan meliputi pengetahuan dasar tentang lalu lintas udara dan bagaimana memantau serta memonitor operasi penerbangan.


Kapten Lek Sri Kustinah bersama staf di Airops Flight Follow

Technical Compliance Unit ( TCU )

Salah satu bagian dari Aviation Section UNAMID yang bertugas mengelola anggaran, memantau penggunaan jam terbang, mengatur dan memonitor kontrak dengan perusahaan penerbangan, menyimpan dan meriksa berbagai dokumen dan sertifikat, termasuk kelaikan crew dan pesawat, serta mengatur program pelatihan, memberikan briefing dan kursus untuk staf aviation dan crew, adalah Technical Compliance Unit ( TCU ).

Untuk itu TCU memiliki 5 seksi di bawahnya, yaitu seksi anggaran/budget, seksi Pengawasan Kualitas ( Quality Qontrol ), seksi Pelatihan ( Training Unit ), seksi Pengaturan Kontrak ( Contract Management), dan perwakilan/Liaison Officer TCU di ibukota Sudan, di Khartoum. Para staf TCU ini terdiri atas staf International PBB, baik dari kalangan sipil maupun militer. Salah satunya adalah Mayor Tek Rudy Nur Sofjan, yang ditugaskan di bagian Quality Qontrol.

Sebagai staf di Quality Control TCU, Mayor Tek Rudy bertugas untuk mengatur dan mengelola tersedianya data base dari aset-aset Airops UNAMID, yaitu pesawat dan crew. Untuk itu data tentang Sertifikat Kelaikan Pesawat, Sertifikat Kelaikan Terbang para Operator/crew pesawat, registrasi, asuransi, Sertifikat perijinan terbang dan catatan medis para crew, menjadi tanggung jawabnya untuk memantau agar tetap valid.

Secara berkala staf Quality Control TCU, mengadakan inspeksi untuk memeriksa kelengkapan dokumen di pesawat maupun para crew. Selain dokumen, diperiksa pula bagaimana prosedur pemeliharaan pesawatnya, riwayat teknis/kerusakan pesawat, termasuk memeriksa perlengkapan minimal standar yang harus ada di dalam pesawat aset UNAMID tersebut. Dalam inspeksi ini, staf dari TCU bekerja sama dengan para staf dari Unit Keselamatan Penerbangan ( Aviation Safety ).

Kegiatan mengadakan inspeksi pesawat, memonitor pelaksanaan pemeliharaan berkala dan sebagainya ini memang tidak jauh dari latar belakang Mayor Tek Rudy Nur Sofjan, lulusan AAU 1996 yang sekaligus alumni ITB Teknik Penerbangan, sebelum mendapat penugasan di misi PBB UNAMID ini menjabat Kasienblik Depohar 10 Lanud Husein Sastranegara,Bandung, selain pernah bertugas di Dinas Penelitian dan Pengembangan ( Dislitbangau ).


Inspeksi perlengkapan dan sertifikat crew / pesawat UNAMID.

Menuju Perdamaian di Darfur

Airops UNAMID memegang peranan yang sangat penting untuk mendukung kelancaran operasional misi PBB dalam menjalankan mandatnya di Darfur Sudan . Situasi medan yang sebagian besar merupakan daerah tandus, diselingi gurun pasir, serta berbukit bukit, memerlukan transportasi udara sebagai sarana yang vital. Hal ini disebabkan apabila melalui transportasi darat, akan terdapat banyak hambatan, mulai dari kondisi jalan yang sebagian besar belum beraspal, medan yang cukup sulit dilalui karena kondisi alamnya yang tandus dan berpasir, serta perkembangan situasi keamanan daerah Darfur yang tidak menentu, mengakibatkan perjalanan darat memiliki resiko tinggi. Sehingga transportasi udaralah sebagai solusinya.

Kehadiran PBB di Darfur Sudan dalam misi UNAMID terus mengupayakan terciptanya perdamaian guna menghentikan konflik antara Pemerintah Sudan dengan pihak yang bertikai. Jalan menuju perdamaian abadi memang masih panjang dan berliku, serta memerlukan itikad baik dari semua pihak termasuk dukungan dari dunia internasional. Akankah perdamaian ini akan terwujud, agar para pengungsi yang menjadi korban pertikaian dapat kembali ke kampung halamannya dan mereka dapat hidup selayaknya, hanya waktu yang akan menjawabnya. ( by Sembrani 96-Green )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kami butuhkan demi kepentingan bersama dan selayaknya komentar bisa dipertanggung jawabkan serta bersifat membangun. hal-hal yang berbau prnografi tidak kami harapkan.
terima kasih.